Jumat, 15 Maret 2013

Tradisi Saweran di Pernikahan Adat Sunda



Dalam tradisi pernikahan sunda yang sering saya liput, ada tradisi yang jarang terlewatkan yaitu tradisi saweran pengantin, tradisi yang sudah lama dan turun temurun ini tetap terpelihara sampai sekarang malah semakin banyak variasinya.
Biasanya acara ini dilaksanakan sesudah akad nikah atau sesudah besan datang, mungkin ingin disaksikan oleh kedua keluarga pengantin.
Pengantin didudukan dikursi berdampingan lalu ada yang memayunginya, mungkin supaya jangan kepanasan kali ya, soalnya acara ini biasanya dilaksanakan di pelataran rumah atau tanah lapang.

Beberapa persiapan sebelum saweran adalah : Bokor atau boboko atau jika tidak ada pake baskom plastik, beras kuning ( beras di campur kunyit ), uang recehan/logam, permen.
Makna dari beras kuning menurut si juru sawer adalah simbol kesejahteraan, sedangkan uang receh/logam adalah supa di mudahkan rezekinya dan tidak tidak kikir, adapun permen dimaknai agar dalam menjalani kehidupan selalu manis seperti permen.

Ketika juru sawer membacakan kidung serta di beri aba2 untuk melemparkan uang logam, beras kuning dan permen, disinilah serunya, tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun saling berebut dan ini kadang menjadi moment yang lucu.
Saweran di Cikupa - Tangerang


Berebut saweran

Dalam tradisi nyawer ini ada juga pro kontra, biasanya yang kontra mempermasalahkan kidung yang dibacakan juru sawer yang seperti kidung yang tidak islami dan berbau mistis.
ini kidung yang sering saya dengar...klo salah harap maklum.

Bul kukus mendung ka manggung..
Ka manggung neda papayung
Ka Dewata neda suka...
Pun sapun ka sang rumuhun...
Ka Batara ka batari----..

Tapi ada juga sang juru sawer yang mengganti kidungnya dengan shalawat nabi atau doa-doa, bagi saya yang awam tentu semuanya kembali kepada kita. sekian semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar